Selasa, 14 Juni 2011

0 Seni Tato

Kata “tato” berasal dari kata Tahitian / Tatu, yang memilki arti : menandakan sesuatu. Rajah atau tato adalah suatu tanda yang dibuat dengan memasukkan pigmen ke dalam kulit. Dalam istilah teknis, rajah adalah implantasi pigmen mikro. Rajah dapat dibuat terhadap kulit manusia atau hewan. Rajah pada manusia adalah suatu bentuk modifikasi tubuh, sementara rajah pada hewan umumnya digunakan sebagai identifikasi.
Rajah merupakan praktik yang ditemukan hampir di semua tempat dengan fungsi sesuai dengan adat setempat. Rajah dahulu sering dipakai oleh kalangan suku-suku terasing di suatu wilayah di dunia sebagai penandaan wilayah, derajat, pangkat, bahkan menandakan kesehatan seseorang. Rajah digunakan secara luas oleh orang-orang Polinesia, Filipina, Kalimantan, Afrika, Amerika Utara, Amerika Selatan, Mesoamerika, Eropa, Jepang, Kamboja, serta Tiongkok. Walaupun pada beberapa kalangan rajah dianggap tabu, seni rajah tetap menjadi sesuatu yang populer di dunia.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, tato berarti gambar (lukisan) pada bagian (anggota) tubuh.

Sejarah Tato
Dutu, tato menjadi semacam ritual bagi suku-suku kuno seperti Maori, Inca, Ainu, Polynesians, dan lain-lain. Kalau Anda jalan-jalan ke Mesir, coba main- main ke piramid, mungkin Anda bisa menemukan tato tertua di sana. Karena menurut sejarah, bangsa Mesir-lah yang jadi biang tumbuh suburnya tato di dunia. Bangsa Mesir kan dikenal sebagai bangsa yang terkenal kuat, mereka melakukan ekspansi ke negara-negara lain, sehingga seni tato pun ikut-ikutan menyebar luas, seperti ke daerah Yunani, Persia, dan Arab.

Apa alasan bagi suku-suku kuno di dunia membuat tato ? Bangsa Yunani kuno memakai tato sebagai tanda pengenal para anggota badan intetijen mereka alias mata-mata perang pada saat itu. Di sini tato menunjukan pangkat dari si mata-mata tersebut. Berbeda dengan bangsa Romawi, mereka memakai tato sebagai tanda bahwa seseorang itu berasal dari golongan budak, dan tato juga dirajahi ke setiap tubuh para tahanannya. Suku Maori di New Zealand membuat tato berbentuk ukiran-ukiran spiral pada wajah dan pantat.

Kehidupan Tato saat ini 

Tattoo sekarang sudah mengalami pergeseran, sebelumnya tattoo merupakan sebuah religius dan magis pada masyarakat pedalaman. Dimana religius dan magis yang dimaksud adalah tattoo biasa digunakan oleh suku-suku pedalaman seperti dayak dan indian sebagai simbol suku mereka. Dan kini tattoo pun sudah menjadi trendsetter bagi kalangan artis maupun orang biasa yang menyukai symbol ataupun hal lainnya yang melekat di badannya.

Pergeseran inilah yang menjadikan tattoo sebagai wilayah yang diperebutkan antara identitas tubuh dan mayoritas tubuh. Dan pada akhirnya tattoo menjadi suatu hal yang negatif, yang mengklaim bahwa tattoo sebagai cap penjahat, preman dan lainnya.

Pasca runtuhnya rezim orde baru ternyata membawa angin segar kepada anak-anak muda, karena bentuk nyata yang dilakukan adalah merebaknya tattoo menjadi simbol yang dapat ditafsirkan bermacam-macam,pemberontakan, ekspresi dan rasa seni.

Ketika tattoo menjadi tindakan yang etnik, ras dan kebudayaan maka hal tersebut akan dipandang sebagai cermin kebebasan, sehingga tattoo pun menjadi kebudayaan yang didominasi oleh kalangan kawula muda. Dengan kata lain telah menjadi sebuah "international youth culture".

Seiring dengan perkembangan iklan dan banyaknya Industri kapital maka tattoo menjadi alat sebagai simbolisme agresivitas terhadap perkembangan yang sedang terjadi.

Fenomena tattoo bukan dilahirkan dari sebuah tabung dunia yang bernama modern dan perkotaan. Melainkan tattoo dilahirkan dan berasal dari budaya pedalaman, tradisional dan kuno. 

Kini tattoo menjadi euforia, dimana semua orang melakukan hal tersebut tidak lagi merasa takut dengan hal-hal negatif dan dukungan tattoo pun semakin meluas. Para pelaku tattoo pun merasa bahwa atribut yang melekat di tubuh maka kepercayaan diri terhadap lingkungan pun tidak perlu dipikirkan lagi. Dimana hal negatif akan diimbangi dengan daya dukung komunitas atau bahkan dari kalangan keluarga.